Hukum khuruuj (keluar) bersama jamaah tablig (Syeikh Mustafa eladawy)

Senin, 20 Oktober 2014

Manfaat Rasa Lapar

Ibnu Abi ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Muhammad bin Wasi’ rahimahullah bahwa dia berkata, “Siapa yang sedikit makannya dia akan bisa memahami, membuat orang lain paham, bersih, dan lembut. Sungguh, banyak makan akan memberati seseorang dari hal-hal yang dia inginkan.”


Diriwayatkan dari Utsman bin Zaidah rahimahullah, dia berkata bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengirim surat kepadanya (di antara isinya), “Apabila engkau ingin tubuhmu sehat dan tidurmu sedikit, kurangilah makan.”

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Adham rahimahullah, “Siapa yang menjaga perutnya, dia bisa menjaga agamanya. Siapa yang bisa menguasai rasa laparnya, dia akan menguasai akhlak yang terpuji. Sungguh, kemaksiatan akan jauh dari orang yang lapar, dekat dengan orang yang kenyang. Rasa kenyang akan mematikan hati. Akan muncul pula darinya rasa senang, sombong, dan tawa.”

Diriwayatkan dari Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah, “Jika jiwa merasakan lapar dan dahaga, kalbu akan bersih dan lembut. Jika jiwa merasakan kenyang dan puas minum, kalbu menjadi buta.”
Diriwayatkan pula dari asy-Syafi’i rahimahullah, “… Rasa kenyang akan memberati badan, menghilangkan kewaspadaan, mendatangkan rasa kantuk, dan melemahkan pemiliknya dari beribadah.”

(Jami’ al-Ulum wal Hikam, hlm. 576-577)
Sumber: Asy Syariah no. 92/VII/1434 H/2013, rubrik Permata Salaf.


http://atsarsalaf.wordpress.com/2013/04/20/manfaat-rasa-lapar/

Nasihat Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah tentang Kebid’ahan & Pelakunya


Al-Imam al-Barbahari rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat seseorang duduk bersama ahli bid’ah, ingatkan dan beritahu dia. Jika ia masih saja duduk bersama ahli bid’ah setelah mengetahuinya, jauhilah dia karena sesungguhnya dia adalah pengikut hawa nafsu.” (Syarhus Sunnah poin ke-144 hlm. 121)


Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Jika tampak bagimu suatu kebid’ahan dari diri seseorang, hati-hatilah engkau darinya. Sebab, yang dia sembunyikan lebih banyak daripada yang dia tampakkan.” (Syarhus Sunnah poin ke-148 hlm. 123)

Beliau rahimahullah mengatakan pula, “Berhati-hatilah, kemudian berhati-hatilah engkau dari orang-orang pada masamu secara khusus. Lihatlah siapa yang engkau ajak duduk, dari siapa engkau mendengar, dan siapa yang engkau jadikan teman. Sebab, manusia hampir-hampir berada dalam kerendahan, kecuali orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarhus Sunnah poin ke -150 hlm. 125)

Sumber: Majalah Asy Syariah no. 90/VII/1434 H/2012, rubrik Permata Salaf.


http://atsarsalaf.wordpress.com/2013/03/01/nasihat-al-imam-al-barbahari-rahimahullah-tentang-kebidahan-pelakunya/

Sabtu, 17 Desember 2011

Indahnya Semalam Bersama Sunnah

Alhamdulillah berikut kami hadirkan rekaman video kajian islam sehari (dauroh) di Islamic Cultural Center Ad Dammam, KSA Saudi Arabia yang disampaikan oleh Ustadz Syafiq Basalamah, MA hafizhahullah dengan pembahasan yang sangat menarik ” Indahnya Semalam Bersama Sunnah “.

Semoga apa-apa yang beliau sampaikan dapat memotivasi kita untuk bertambah semangat lagi menghidupkan sunnah di dalam kehipupan sehari-hari kita.

Simak kajiannya berikut ini, semoga bermanfaat.










Senin, 05 Juli 2010

Fatwa Para Ulama tentang Firqah “Jama’ah Tabligh”

Kita akan membawa beberapa fatwa (keputusan) para ulama tentang Firqah Tabligh, agar ummat mengerti bahwa kita menuduh mereka sesat bukan dari kita sendiri, tapi kita mengambilnya dari ucapan ulama kita yang mulia, semoga Allah mengampuni mereka yang telah wafat dan menjaga yang masih hidup. Perhatikan ucapan para ulama ini agar terbuka kekaburan yang selama ini menutupi mereka. Dan hendaklah bagi mereka yang masuk ke dalam kelompok ini segera keluar dan yang kagum segera sadar dan membenci, karena kematian itu datangnya tiba-tiba.

1. Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah

“Dari Muhammad bin Ibrahim kepada yang terhormat raja Khalid bin Su’ud.

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu. Wa ba’du:

Saya telah menerima surat Anda dengan no. 37/4/5/D di 21/1/82H. Yang berkaitan tentang permohonan untuk bekerja sama dengan kelompok yang menamakan dirinya dengan “Kulliyatud Da’wah wat Tabligh Al Islamiyyah.”

Maka saya katakan: Bahwa jama’ah ini tidak ada kebaikan padanya dan jama’ah ini adalah jama’ah yang sesat. Dan setelah membaca buku-buku yang dikirimkan, kami dapati di dalamnya berisi kesesatan dan bid’ah serta ajakan untuk beribadah kepada kubur dan kesyirikan. Perkara ini tidak boleh didiamkan. Oleh karena itu kami akan membantah kesesatan yang ada di dalamnya. Semoga Allah menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya. Wassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. 29/1/82H.” (Al Qaulul Baligh hal. 29 dengan diringkas)

2. Syaikh Hummud At Tuwaijiri rahimahullah

“Adapun ucapan penanya: Apakah aku menasehatinya untuk ikut khuruj dengan orang-orang tabligh di dalam negeri ini (Saudi) atau di luar?

Maka saya jawab: Saya menasehati penanya dan yang lainnya yang ingin agamanya selamat dari noda-noda kesyirikan, ghuluw, bid’ah dan khurafat agar jangan bergabung dengan orang-orang Tabligh dan ikut khuruj bersama mereka. Apakah itu di Saudi atau di luar Saudi. Karena hukum yang paling ringan terhadap orang tabligh adalah: Mereka ahlul bid’ah, sesat dan bodoh dalam agama mereka serta pengamalannya. Maka orang-orang yang seperti ini keadaannya, tidak diragukan lagi bahwa menjauhi mereka adalah sikap yang selamat.

Sungguh sangat indah apa yang dikatakan seorang penyair:

Janganlah engkau berteman dengan teman yang bodoh.

Hati-hatilah engkau darinya.

Betapa banyak orang bodoh yang merusak seorang yang baik ketika berteman dengannya.”

(Al Qaulul Baligh, syaikh Hummud At Tuwaijiri hal. 30)
3. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah

Pertanyaan:

Di sini ada pertanyaan: Apa pendapat Anda tentang Jama’ah (firqah) Tabligh dan apakah ukuran khuruj ada terdapat dalam sunnah?

Jawab:

Pertanyaan ini adalah pertanyaan penting. Dan aku memiliki jawaban yang ringkas, serta kalimat yang benar wajib untuk dikatakan. Yang saya yakini bahwa da’wah tabligh adalah: sufi gaya baru. Da’wah ini tidak berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Khuruj yang mereka lakukan dan yang mereka batasi dengan tiga hari dan empat puluh hari, serta mereka berusaha menguatkannya dengan berbagai nash, sebenarnya tidak memiliki hubungan dengan nash secara mutlak. Sebenarnya cukup bagi kita untuk bersandar kepada salafus shalih. Penyandaran ini adalah penyandaran yang benar. Tidak boleh bagi seorang muslim untuk tidak bersandar kepadanya. Bersandar kepada para salafus sholih, -wajib diketahui hakikat ini,- bukanlah seperti bersandar kepada seseorang yang dikatakan pemilik mazhab ini atau kepada seorang syaikh yang dikatakan bahwa dia pemilik tarikat ini atau kepada seseorang yang dikatakan bahwa dia pemilik jama’ah tertentu. Berintima’ (bergabung) kepada salaf adalah berintima’ kepada sesuatu yang ‘ishmah (terpelihara dari dosa). Dan berintima’ kepada selain mereka adalah berintima’ kepada yang tidak ‘ishmah. Firqah mereka itu –cukup bagi kita dengan berintima’ kepada salaf- bahwa mereka datang membawa sebuah tata tertib khuruj untuk tabligh (menyampaikan agama), menurut mereka. Itu tidak termasuk perbuatan salaf, bahkan bukan termasuk perbuatan khalaf, karena ini baru datang di masa kita dan tidak diketahui di masa yang panjang tadi. (Sejak zaman para salaf hingga para khalaf). Kemudian yang mengherankan, mereka mengatakan bahwa mereka khuruj (keluar) untuk bertabligh, padahal mereka mengakui sendiri bahwa mereka bukan orang yang pantas untuk memikul tugas tabligh (penyampaian agama) itu. Yang melakukan tabligh (penyampaian agama) adalah para ulama, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dengan mengutus utusan dari kalangan para sahabatnya yang terbaik yang tergolong ulama mereka dan fuqaha` mereka untuk mengajarkan Islam kepada manusia. Beliau mengirim Ali sendirian, Abu Musa sendirian, dan Mu’adz sendirian. Tidak pernah beliau mengirim para sahabatnya dalam jumlah yang besar, padahal mereka sahabat. Karena mereka tidak memiliki ilmu seperti beberapa sahabat tadi. Maka apa yang kita katakan terhadap orang yang ilmunya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sahabat yang tidak dikirim Nabi, apa lagi dibanding dengan para sahabat yang alim seperti yang kita katakan tadi?! Sedangkan mereka (Firqah Tabligh) keluar berdakwah dengan jumlah puluhan, kadang-kadang ratusan. Dan ada di antara mereka yang tidak berilmu, bahkan bukan penuntut ilmu. Mereka hanya memiliki beberapa ilmu yang dicomot dari sana sini. Adapun yang lainnya, hanya orang awam saja. Di antara hikmah orang dulu ada yang berbunyi: Sesuatu yang kosong tidak akan bisa memberi. Apa yang mereka sampaikan kepada manusia, padahal mereka mengaku (jama’ah) Tabligh?

Kita menasehati mereka di Suriah dan Amman agar duduk dan tinggal di negeri mereka dan duduk mempelajari agama, khususnya mempelajari aqidah tauhid, -yang iman seorang mukmin tidak sah walau bagaimanapun shalihnya dia, banyak shalat dan puasanya-, kecuali setelah memperbaiki aqidahnya.

Kita menasehati mereka agar tinggal di negeri mereka dan membuat halaqah ilmu di sana serta mempelajari ilmu yang bermanfaat dari para ulama sebagai ganti khurujnya mereka ke sana kemari, yang kadang-kadang mereka pergi ke negeri kufur dan sesat yang di sana banyak keharaman, yang tidak samar bagi kita semua yang itu akan memberi bekas kepada orang yang berkunjung ke sana, khususnya bagi orang yang baru sekali berangkat ke sana. Di sana mereka melihat banyak fitnah, sedangkan mereka tidak memiliki senjata untuk melidungi diri dalam bentuk ilmu untuk menegakkan hujjah kepada orang, mereka akan menghadapi, khususnya penduduk negeri itu yang mereka ahli menggunakan bahasanya, sedangkan mereka (para tabligh) tidak mengerti tentang bahasa mereka.

Dan termasuk syarat tabligh adalah hendaknya si penyampai agama mengetahui bahasa kaum itu, sebagaimana diisyaratkan oleh Rabb kita ‘Azza wa Jalla dalam Al Qur`an:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ

“Tidaklah kami mengutus seorang rasul kecuali dengan lisan kaumnya agar dia menerangkan kepada mereka.” (Ibrahim: 4)

Maka bagaimana mereka bisa menyampaikan ilmu, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki ilmu?! Dan bagaimana mereka akan menyampaikan ilmu, sedangkan mereka tidak mengerti bahasa kaum itu?! Ini sebagai jawaban untuk pertanyaan ini. (Dari kaset Al Qaulul Baligh fir Radd ‘ala Firqatit Tabligh)
4. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:

Semoga Allah merahmati Anda, ya syaikh. Kami mendengar tentang (firqah) tabligh dan dakwah yang mereka lakukan, apakah anda membolehkan saya untuk ikut serta dengan mereka? Saya mengharap bimbingan dan nasehat dari anda. Semoga Allah memberi pahala kepada anda.

Jawab:

Siapa yang mengajak kepada Allah adalah muballigh, (sebagaimana Nabi bersabda –pent) “Sampaikan dariku walau satu ayat.” Adapun jama’ah (firqah) tabligh yang terkenal dari India itu, di dalamnya terdapat khurafat-khurafat, bid’ah-bid’ah dan kesyirikan-kesyirikan. Maka tidak boleh khuruj (keluar) bersama mereka. Kecuali kalau ada ulama yang ikut bersama mereka untuk mengajari mereka dan menyadarkan mereka, maka ini tidak mengapa. Tapi kalau untuk mendukung mereka, maka tidak boleh, karena mereka memiliki khurafat dan bid’ah. Dan orang alim yang keluar bersama mereka hendaknya menyadarkan dan mengembalikan mereka kepada jalan yang benar. (Dari kaset Al Qaulul Baligh)

Tanya:

Para penuntut ilmu menanya kepada anda dan para ulama kibar (senior) lainnya tentang: Apakah anda menyetujui kalau mereka bergabung dengan kelompok yang ada seperti Ikhwan, Tabligh, kelompok Jihad dan yang lainnya atau anda menyuruh mereka untuk belajar bersama para da’i salaf yang mengajak kepada dakwah salafiyyah?

Jawab:

Kita nasehati mereka semuanya untuk belajar bersama para thalabul ilmi lainnya dan berjalan di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Kita nasehati mereka semuanya agar tujuannya untuk mengikuti Al Kitab dan sunnah dan berjalan di atas jalan Ahlus sunnah wal Jama’ah. Dan hendaknya mereka menjadi ahlus sunnah atau para pengikut salafus shalih. Adapun berhizb dengan Ikhwanul Muslimin, Tablighi atau yang lainnya, maka tidak boleh. Ini keliru. Kita nasehati mereka agar menjadi satu jama’ah dan bernisbah kepada Ahlus sunnah wal jama’ah. Inilah jalan yang lurus untuk menyatukan langkah. Kalau ada berbagai nama sedangkan semuanya di atas satu jalan, dakwah salafiyyah, maka tidak mengapa, seperti yang ada di Shan’a dan yang lainnya, tapi yang penting tujuan dan jalan mereka satu. (Dari kaset Al Qaulul Baligh)
5. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Ghudayyan hafidhahullah (anggota Hai’ah Kibarul Ulama`)

Pertanyaan:

Kami berada di suatu kampung dan berdatangan kepada kami apa yang dinamakan dengan (firqah) Tabligh, apakah kami boleh ikut berjalan bersama mereka? Kami mohon penjelasannya.

Jawab:

Jangan kalian ikut berjalan bersama mereka!! Tapi berjalanlah dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!! (Dari kaset Al Qaulul Baligh)

6. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidhahullah

Pertanyaan:

Syaikh, di sana ada kelompok-kelompok bid’ah, seperti Ikhwan dan Tabligh serta yang lainnya. Apakah kelompok ini termasuk Ahlus Sunnah? Dan apa nasehat anda tentang masalah ini?

Jawab:

“Kelompok-kelompok ini… Telah diketahui bahwa yang selamat adalah yang seperti yang telah saya terangkan tadi, yaitu kalau sesuai dengan Rasulullah dan para sahabatnya, yang mana beliau berkata ketika ditanya tentang Al Firqatun Najiyah: Yang aku dan para sahabatku ada di atasnya. Firqah-firqah baru dan beraneka ragam ini, pertama kali: bid’ah. Karena lahirnya di abad 14. Sebelum abad 14 itu mereka tidak ada, masih di alam kematian. Dan dilahirkan di abad 14. Adapun manhaj yang lurus dan sirathal mustaqim, lahirnya atau asalnya adalah sejak diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka siapa yang mengikuti ini dialah yang selamat dan berhasil. Adapun yang meninggalkan berarti dia menyimpang. Firqah-firqah itu telah diketahui bahwa padanya ada kebenaran dan ada kesalahan, akan tetapi kesalahan-kesalahannya besar sekali, maka sangat dikhawatirkan.

Hendaknya mereka diberi semangat untuk mengikuti jama’ah yakni Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan yang berada di atas jalan salaf ummat ini serta yang menta’wil menurut apa yang datang dari Rasulullah bukan dengan yang datang dari si fulan dan fulan, menurut tarikat-tarikat yang ada di abad 14 H. Maka kedua kelompok yang tadi disinggung adanya hanya di abad 14 H. Mereka berpegang dan berjalan di atas jalan-jalan dan manhaj-manhaj itu. Mereka tidak berpegang dengan dalil-dalil dari Al Kitab dan Sunnah, tapi dengan pendapat-pendapat, pemikiran-pemikiran dan manhaj-manhaj yang baru dan bid’ah yang mereka membangun jalan dan manhaj mereka di atasnya.

Dan yang paling jelas di kalangan mereka adalah: Wala` dan Bara`. Al Wala` wal Bara` di kalangan mereka adalah bagi yang masuk ke dalam kelompok mereka, misalnya Ikhwanul Muslimin, siapa yang masuk ke dalam kelompok mereka, maka dia menjadi teman mereka dan akan mereka cintai walaupun dia dari rafidlah, dan akhirnya dia menjadi saudara dan teman mereka.

Oleh karena ini mereka mengumpulkan siapa saja, termasuk orang rafidlah yang membenci sahabat dan tidak mengambil kebenaran dari sahabat. Kalau dia masuk ke dalam kelompok mereka, jadilah dia sebagai teman dan anggota mereka. Mereka membela apa yang dia bela dan membenci apa yang dia benci.

Adapun Tabligh, pada mereka terdapat perkara-perkara mungkar. Pertama: dia adalah manhaj yang bid’ah dan berasal dari Delhi (India –red) bukan dari Mekkah atau Madinah. Tapi dari Delhi di India. Yakni seperti telah diketahui bahwa di sana penuh dengan khurafat, bid’ah dan syirik walau di sana juga banyak Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seperti jama’ah ahlul hadits, yang mereka adalah sebaik-baik manusia di sana. Tetapi Tabligh ini keluar dari sana melalui buatan para pemimpin mereka yang ahli bid’ah dan tarekat sufi yang menyimpang dalam aqidah. Maka kelompok ini adalah kelompok bid’ah dan muhdats. Di antara mereka ada Sufi dan Asy’ari yang jelas-jelas bukan berada di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dalam aqidah dan manhaj. Dan yang selamat adalah orang yang mengikuti manhaj salaf dan yang berjalan di atas jalan mereka.” (Dari kaset Al Qaulul Baligh)
7. Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafidhahullah

“Saya tidak pernah khuruj dengan mereka (Firqah tabligh), tapi saya pergi untuk suatu keperluan, yakni ke Kashmir. Setelah selesai dari pekerjaan ini aku melewati Delhi. Maka ada yang mengatakan kepadaku: Mari kita singgah ke suatu tempat untuk dikunjungi, yaitu ke markas Tabligh yaitu di Nizamuddin. Nizamuddin ini adalah masjid yang dekat dengan markas jama’ah tabligh. Di dalamnya ada lima kubur yang diberi kubah. Yakni kuburan yang disembah, bukan menyembah kepada Allah. Ini ibadah yang jelas syirik. Maka kami melewati ‘monumen’ ini. Kemudian kami singgah ke markas tabligh. Orang-orang berselisih apakah di dalamnya ada kuburan atau tidak.

Maku Abdurrab bertanya, ini orang yang saya ceritakan tadi, apakah di dalam masjid Tabligh ini ada kuburan? Yang cerdas di kalangan mereka berkata: Tidak, di sini tidak ada kuburan! Kuburan Ilyas di Mekkah atau di tempat ini atau itu yang jauh. Maka dia terus bertanya hingga ada seseorang yang menunjukkan atau mengabarkan bahwa di sana ada kuburan Ilyas dan di sebelahnya kuburan istrinya.

Kemudian al Akh Abdurrab pergi ke kedua kuburan itu dan mencari-carinya setelah ketemu, dia datang kepada kami sambil berkata: Mari, saya tunjukkan kepada kalian dua kuburannya. Maka kami melihat, ini kuburan Ilyas dan ini kuburan istrinya yang keduanya ada di dalam masjid.

Kemudian setelah itu kami pastikan bahwa di dalamnya ada empat kuburan, bukan dua kuburan saja. Kami memastikannya melalui orang-orang yang dipercaya yang telah berjalan bersama Tabligh bertahun-tahun.

Tidak akan berkumpul masjid dan kuburan (di satu tempat) dalam agama Islam. Akan tetapi, mereka ini karena kesufiannya, kebodohannya terhadap manhaj dakwah para nabi, jauh darinya dan meremehkannya, mereka menguburkan para gurunya di masjid, padahal para ulama telah mengatakan: bahwa shalat di dalam masjid yang ada kuburan atau beberapa kuburan, shalatnya tidak sah. Saya bertanya tentang hal ini kepada Syaikh Bin Bazz. Sebenarnya saya tahu tentang ini dan juga para Thalabul Ilmi bahwa shalat di dalam masjid yang ada satu kuburan atau beberapa kuburan, shalatnya tidak sah. Maka saya tanyakan kepada Syaikh Bin Bazz, agar hadirin mendengar jawabannya. Saya katakan: Apa pendapat anda, syaikh, tentang masjid yang ada kuburan di dalamnya, apakah sah shalat di dalamnya? Beliau menjawab: Tidak! Saya katakan: Di dalamnya ada banyak kuburan? Beliau mengatakan: Terlebih lagi demikian! Saya katakan: Kuburannya bukan di kiblat masjid, tapi di sebelah kiri dan kanannya? Beliau menjawab: Demikian juga, tetap tidak sah. Saya katakan kepada beliau bahwa masjid induk atau markas induk tabligh di dalamnya ada beberapa kuburan? Maka beliau menjawab: Tetap shalatnya tidak sah!

Sangat disayangkan sekali, kelompok ini bergerak di dunia, tetapi beginilah keadaannya; tidak mengajak kepada tauhid, tidak membasmi syirik dan tidak membasmi jalan-jalan menuju kesyirikan. Mereka terus berjalan dengan melewati beberapa kurun dan generasi tetap dengan dakwah seperti ini. Tidak mau berbicara tentang tauhid, memerangi kesyirikan dan tidak membolehkan bagi para pengikutnya untuk melaksanakan kewajiban ini. Ini adalah suatu hal yang telah diketahui di kalangan mereka.

Maka kita meminta kepada mereka agar kembali kepada Allah dan mempelajari manhaj dakwah para nabi, mereka juga jama’ah yang lainnya.

Mengapa demikian wahai saudara-saudara? Karena kalau ada yang berdakwah mengajak kepada shalat, orang akan berkata: Silahkan! Tidak ada yang melarang, mereka tidak akan khawatir. Akan tetapi coba kalau mengatakan: Berdo’a kepada selain Allah adalah perbuatan syirik! Membangun kuburan haram hukumnya! Menyembelih untuk selain Allah adalah syirik! Maka mereka akan marah.

Ada seorang pemuda yang berkhuthbah di suatu masjid tentang persatuan, akhlak, perekonomian, dekadensi moral, dan yang lainnya. Orang-orang semuanya, masya Allah, berkumpul dan mendengarkannya. Kita katakan kepadanya: Ya akhi… jazakallahu khairan, khuthbah anda sangat baik, tetapi orang-orang yang ada di hadapanmu ini tidak mengenal tentang tauhid, mereka terjatuh dalam kesyirikan dan bid’ah, maka terangkan kepada mereka tentang manhaj dakwah para Nabi ‘alaihimush shalatu was salam! Maka ketika dia mulai berbicara, merekapun mulai bersungguh-sungguh. Ketika dia terus berbicara, merekapun semakin jengkel. Maka ketika yang ketiga kalinya ada sekelompok orang yang ada di masjid bangkit dan memukulinya! Maka dia datang kepadaku sambil menangis. Dia berkata: Aku habis bertengkar dengan mereka, mereka memukuliku! Maka aku katakan kepadanya: Sekarang engkau telah berjalan di atas manhaj dakwah para Nabi. Kalau engkau tetapi seperti dulu bertahun-tahun, engkau tidak akan berselisih dengan seorangpun. Dari sinilah kelompok yang ada ini bergerak, mereka memerangi bagian ini. Nabi bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاء ثُمَّ اْلأّمْثَل فَاْلأَمْثَل

“Seberat-berat manusia diberi cobaan adalah para Nabi, kemudian yang selanjutnya dan kemudian yang selanjutnya.”

Karena mereka menghadapi berbagai gangguan yang hanya Allah yang tahu tentang kerasnya gangguan itu ketika mereka berdakwah kepada tauhid dan membasmi kesyirikan. Dari sinilah para da’i yang mengajak kepada tauhid dan membasmi syirik malah disakiti. Kalau dakwah Ikhwan dan Tabligh disenangi manusia karena meremehkan sisi ini. Tapi kalau aku berkhuthbah di masjid seperti ini, sedikit sekali yang mau mendengarku dan menerima dakwahku, kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah. Kalau aku berdakwah mengajak shalat, mereka akan berkata: silahkan. Tapi kalau aku berdakwah untuk bertauhid dan memerangi kesyirikan, semuanya akan lari dan merasa asing. Inilah dakwah para Nabi.

Inilah dasarnya mengapa mereka menjadi manusia yang paling banyak ganngguannya. Sekarang para salafiyyun, para da’i kepada tauhid keadaan mereka dikaburkan oleh manusia. Karena banyaknya fitnah, kebohongan-kebohongan dan tuduhan dusta yang ditujukan kepada mereka. Mengapa? Karena mereka mengajak untuk mentauhidkan Allah!

Kelompok ini tidak bisa masuk ke dalam lapangan ini, karena mereka takut kepada sisi ini. Tetapi mereka akan ditanya di hadapan Allah. Demi Allah, telah datang kepada kami seseorang atau segolongan Tabligh di Benares, di sebuah rumah yang saya tempati dengan syaikh Shalih Al Iraqi. Mereka berkata: Kami dengar kalian datang, kami sangat senang, maka kami datang mengunjungi kalian agar kalian ikut bersama kami berdakwah kepada Allah. Dan tempat kami adalah masjid ini. Maka kami juga gembira dan mendatangi masjid itu, ternyata masjid itu tempat tarikat Berelwian. Mereka adalah para penyembah berhala dan sangat keterlaluan dalam penyembahan itu.

Mereka meyakini bahwa para wali bisa mengetahui perkara yang ghaib dan mengatur alam. Mereka membolehkan untuk bernadzar, menyembelih, sujud dan ruku’ kepada kuburan. Singkat kata: mereka adalah golongan penyembah berhala. Maka Syaikh Shalih pergi dan bersama kami ada seorang penerjemah, namanya Abdul Alim, sekarang dia ada di Rabithah Al Alam Islami. Kami bawa orang ini untuk menerjemahkan ucapan syaikh. Maka syaikhpun berbicara. Setiap selesai berbicara beliau melihat kepada penerjemah agar diterjemahkan. Maka penerjemahpun akan bergerak, maka ternyata pemimpin tabligh melihat dan berkata: Tungguh, saya yang akan menerjemahkan. Maka syaikh terus berbicara, tapi tidak ada seorangpun yang menerjemahkan. Hingga ceramahnya selesai. Ketika selesai acara itu dia mengucap salam dan malah pergi. Maka kami tetapi di situ menunggu terjemah. Dia berkata: Saya ada keperluan, biar orang ini yang menerjemahkan. Maka kami shalat Isya’ sambil menunggu terjemahan ceramah itu, tapi tidak kunjung diterjemahkan. Maka saya temui lagi orang itu dan mengatakan: Ya akhi, kami datang ke tempat kalian ini bukan untuk main-main. Tapi kalian tadi meminta kepada kami untuk ikut serta bersama kalian berdakwah, maka kamipun datang menyambut ajakan kalian. Dan syaikh tadi telah berbicara. Ketika penerjemah akan menerjemah engkau malah melarangnya. Dan engkau menjanjikan akan menerjemahkannya, tapi engkau tidak lakukan sedikitpun. Maka dia berkata: Ya akhi, engkau tahu?! Masjid ini milik Khurafiyyin!! Kalau kita berbicara tentang tauhid, mereka akan mengusir kita dari masjid. Maka saya katakan: Ya akhi, apakah seperti ini dakwah para Nabi? Ya akhi, dakwah kalian sekarang menyebar di penjuru dunia. Kalian pergi ke Amerika, Iran dan Asia, kalian tidak dapati sedikitpun perlawanan selama-lamanya. Apakah seperti ini dakwah para Nabi? Semua manusia menerimanya dan menghormatinya? Dakwah para Nabi padanya ada pertempuran, darah, kesusahan-kesusahan dan lain-lain. Kalau engkau diusir dari suatu masjid, berdakwahlah di masjid lain atau di jalan-jalan atau di hotel-hotel. Katakan kalimat yang haq dan tinggalkan. Rasul saja diusir dari Mekkah karena sebab dakwah ini. Kemudian saya tanya sudah berapa lama dakwah ini berjalan? Dia berkata: Belum tiga puluh tahun. Saya katakan: Kalian telah menyebar di India, utara dan selatan. Dan engkau melihat fenomena kesyirikan di hadapanmu dan telah mati berjuta-juta orang. Sudah berapa juta orang yang mati selama itu dalam keadaan berada di atas kesesatan, kesyirikan dan bid’ah yang kalian sebarkan ini?! Dan engkau belum menerangkan hal itu kepada mereka! Apakah engkau tidak merasa kalau engkau akan ditanya di hadapan Allah karena engkau menyembunyikan kebenaran ini dan tidak menyampaikannya kepada para hamba Allah?! Diapun diam. Maka aku permisi dan keluar.

Mereka menyembunyikan kebenaran yang dinyatakan Al Qur`an. Dan mereka tidak menegakkan panji-panji tauhid dan tidak mau menyatakan peperangan kepada kesyirikan dan bid’ah. Mereka ini terkena ayat Allah:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ

“Sesungguhnya orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al Baqarah: 159).

Apa yang mereka dapati kalau mereka telah menyembunyikan kebenaran yang paling nyata?! Dan hal yang paling besar yang bukti-bukti itu berdiri di atasnya?! Bukti-bukti yang paling besar adalah ayat-ayat tauhid. Dakwah yang paling besar yang dilakukan para nabi dan Al Qur`an adalah tauhid. Dan yang paling jelek dan bahaya adalah syirik dan bid’ah. Al Qur`an dan Sunnah telah memeranginya. Kemudian mereka malah setuju dan bersama kesyirikan, bid’ah, dan para pendukungnya sampai mati. Berapa banyak orang yang mati di bawah panji ini dalam keadaan tidak tahu kebenaran tauhid selama itu?! Dan dalam keadaan tidak bisa membedakan antara tauhid dengan syirik?!

Kalau mereka tidak dihisab karena menyembunyikan ayat tauhid, maka siapa lagi yang dihisab?

Kita berharap kepada Allah agar menjadi orang yang menolong agama ini dan menasehati kaum muslimin. Dan agar Allah menjauhkan kita dari sifat menipu dalam agama, karena membiarkan bid’ah dan syirik adalah penipuan yang paling besar. Tidak ada penipuan yang bisa menyaingi penipuan ini. Kalau menipu manusia dalam perdagangan saja Rasulullah berlepas tangan, maka bagaimana lagi kalau menipu dalam agama? Bagaimana engkau bisa diam terhadap kesyirikan dan bid’ah?! Engkau merusak aqidah kaum muslimin dan masyarakat mereka. Kemudian engkau mengatakan: Kita semua kaum muslimin, bersaudara dan engkau tidak menerangkan mana yang haq dan mana yang batil?! Kita memohon kepada Allah agar Dia menjaga kita dari penyakit ini.” (Dari kaset Al Qaulul Baligh)

8. Syaikh Shalih bin Abdullah Al Abud hafidhahullah

Adapun tabligh… ketika Khilafah Utsmaniyyah runtuh bangkitlah firqah ini dengan pemikiran jama’ah ini, firqah tabligh. Dan mereka membuat dasar-dasar untuk para pengikutnya dengan nama “Ushulus Sittah” yang mereka dakwahkan manusia kepadanya. Dan di akhirnya mereka membai’at menurut empat macam tarekat sufi; Jistiyyah, Syahrawardiyyah, Naqsyabandiyah dan Matur… saya lupa yang keempat, yang jelas empat tarekat. Mereka dalam bidang aqidah adalah Maturidiyah atau Asy’ariyyah. Dan dalam pemahaman syahadat mereka, yaitu syahadat Laa Ilaaha Illallah dan Muhammad Rasulullah. Mereka tidak memahami maknanya kecuali bahwa: Tidak ada yang Kuasa untuk Mencipta dan Mengadakan serta Membuat kecuali Allah. Dan dalam memahami makna Muhammad Rasulullah, (mereka tidak memahaminya seperti yang kita fahami, yaitu membenarkan apa yang beliau sampaikan, mentaati apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa yang beliau larang dan peringatkan dan Allah tidak diibadahi kecuali dengan apa yang beliau syariatkan). Pemahaman ini tidak ada di kalangan jama’ah tabligh, bahkan kadang-kadang mereka mengkultuskan individu-individu tertentu dan menyatakan mereka memiliki ‘Ishmah (tidak akan salah). Dan sampai-sampai bila para syaikhnya mati, mereka bangun di atas kuburannya bangunan-bangunan dalam masjid. Tabligh adalah firqah, tanpa perlu diragukan lagi. Karena menyelisihi firqatun Najiyah. Mereka memiliki manhaj khusus. Yang tidak ikut ke dalamnya tidak dianggap sebagai orang yang mendapat hidayah. Tabligh membagi manusia menjadi: Muhtadi (orang yang mendapat hidayah) dan manusia yang masih diharapkan mendapat hidayah (tim penggembira saja –pent). Golongan Muhtadi adalah yang telah masuk keseluruhan dalam tandhim (keorganisasian) dan firqah mereka. Dan yang non Muhtadi, tidak termasuk golongan mereka walaupun dia imam kaum muslimin. Ini dalam pemahaman mereka.

Ikhwanul Muslimin juga demikian, yang termasuk tandhim mereka adalah Ikhwanul Muslimin dan yang tidak masuk, maka bukan Ikhwanul Muslimin walaupun orang itu adalah alim dalam Islam. Cukup sikap ta’ashshub ini menjadi dalil bahwa mereka telah mengeluarkan diri-diri mereka sendiri dari jama’ah kaum muslimin. Karena jama’ah kaum muslimin tidak menganggap bahwa hidayah hanya sampai kepada mereka saja. Dan manhaj mereka adalah manhaj yang paling luas, karena mereka tidak mencap setiap orang yang tidak sefaham dengan mereka sebagai orang kafir. Tapi mereka masih mengakui bahwa mereka adalah kaum muslimin dan mengharapkan agar dia mendapat hidayah. Meskipun orang itu mengkafirkan mereka, mereka tetap tidak membalasnya dengan mengkafirkannya pula. Maka manhaj Firqatun Najiyah adalah manhaj yang paling luas dalam hal ini. Wallahu A’lam.

(Semua fatwa ini diambil dari kaset Al Qaulul Baligh ‘ala Dzammi Jama’atit Tabligh)
9. Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i rahimahullah

Setelah membawakan pendirian beliau terhadap Ikhwanul Muslimin beliau berkata: “Adapun Jama’ah tabligh, silakan engkau membaca apa yang dituturkan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Al Washshabi, ia berkata:

1. Mereka mengamalkan hadits-hadits dla’if (lemah) bahkan maudlu’ (palsu) serta Laa Ashla Lahu (tidak ada asalnya).

2. Tauhid mereka penuh dengan bid’ah, bahkan dakwah mereka berdasarkan bid’ah. Karena dakwah mereka berdasarkan Al Faqra (kefakiran) yaitu khuruj (keluar). Dan ini diharuskan di setiap bulan 3 hari, setiap tahun 40 hari dan seumur hidup 4 bulan, dan setiap pekan 2 jaulah… jaulah pertama di Masjid yang didirikan shalat padanya dan yang kedua berpindah-pindah. Di setiap hari ada 2 halaqah, halaqah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya, yang kedua di rumah. Mereka tidak senang kepada seseorang kecuali bila dia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bid’ah dalam agama yang tidak diperbolehkan Allah Ta’ala.

3. Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada tauhid akan memecah belah ummat saja.

4. Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada sunnah juga memecah belah ummat.

5. Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa: Bid’ah yang bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada sunnah yang memecah belah manusia.

6. Mereka menyuruh manusia untuk tidak menuntut ilmu yang bermanfaat secara isyarat atau terang-terangan.

7. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa selamat kecuali dengan cara mereka. Dan mereka membuat permisalan dengan perahu Nabi Nuh ‘alaihis salam, siapa yang naik akan selamat dan siapa yang enggan akan hancur. Mereka berkata: “Sesungguhnya dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh.” Ini saya dengar dengan telinga saya sendiri di Urdun (Yordania –ed) dan Yaman.

8. Mereka tidak menaruh perhatian terhadap tauhid Uluhiyyah dan Asma` was Sifat.

9. Mereka tidak mau menuntut ilmu dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk itu hanya sia-sia belaka.” (Dinukil dari kutaib Hadzihi Da’watuna wa ‘Aqidatuna, Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i hafidhahullah hal. 15-17)

Sumber: Buletin Islamy Al Manhaj edisi VI/1419 H/1998 M

(Dikutip dari http://salafy.iwebland.com/baca.php?id=6, judul asli Fatwa-fatwa Para Ulama tentang Firqah Tabligh, Buletin Islamy Al Manhaj edisi VI/1419 H/1998 M).

Sumber:

http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=970
http://aththaifahalmanshurah.salafy.ws/2009/05/14/%E2%80%9Cfatwa-ulama-jamaah-tabligh-kelompok-tanpa-ilmu%E2%80%9D/

Jaulah Untuk Tabligh – Assunnah Edisi 01/VII/1424H/2003M

Majalah As-Sunnah edisi 01/VII/1424H membahas Jama’ah Tabligh dengan cukup lengkap dan disertai dengan dalil-dalil yang cukup banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Apa saja dan bagaimana letak kesesatannya? Segera dapatkan diagen-agen terdekat! Berikut daftar artikel yang dimuat pada edisi ini.


Tanya-Jawab
Shalat Dhuha Tidak Disyariatkan?

Hadits
Bahaya Panggilan “Ya Kafir” atau “Ya Fasiq”

Mabhats
- Mengenal Jama’ah Tabligh

- Jama’ah Tabligh (Sufi Gaya Baru)

- Berjaulah, Menjajakan Ajaran Salah

- Khuruj ala Jama’ah Tabligh

Manhaj
Ketika Beramal Tanpa Ilmu

Aqidah
Kedudukan Ilham Dalam Islam

Bonus: Khutbah Jum’at
Menghadapi Musibah dan Tugas Dakwah

Fiqih
Hukum Shalat Berjama’ah

Waqiuna
Menyegarkan Kembali Pemahaman Terhadap Islam (Penolakan Terhadap Agama Ulil Abshar Abdalla dan Islam Liberal) Bagian 1

Baituna
- Wasiat Untuk Sang Ayah

- Etika Makan
(Dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah)

- Penyembuhan Tanpa Obat

- Perkembangan Perilaku Bayi

Minggu, 11 April 2010

Download Artikel Center

Download Center Ummu Salma

flower15.gif

MAJALAH FATAWA

(Courtesy of http://fatawa.atturots.or.id)

AQIDAH DAN MANHAJ

  • Siapakah Ahli Hadits – Syaikh Walid Saif an-Nashir
  • Manhaj Istidlal Ahlus Sunnah wal Jama’ah
  • Metodologi Tafsir
  • Pengantar Ilmu Tafsir
  • Jenis-Jenis Manusia Dalam Wala dan Baro (Syaikh Shalih Fauzan)
  • Menjawab Syubhat Quburiyyun (Syaikh Ali bin Yahya Babakr)
  • Masuk Surga Tanpa Hisab dan Adzab
  • Apakah Asy’ariya itu Ahlus Sunnah? (Ustadz Abu Ihsan)
  • Pembelaan Terhadap Abu Hurairoh 2 (Ustadz Kholid Syamhudi)
  • Pembelaan Terhadap Abu Hurairoh 1 (Ustadz Kholid Syamhudi)
  • Garis Pemisah Antara Dakwah Salafiyah dan Hizbiyah
  • Metode Salaf dalam Menimba Ilmu (Syaikh Abdul Azhim Badawi)
  • Penyegeraan Kehancuran Bagi Para Penentang Rasul (Syaikh Abdul Malik Ramadhani)
  • Tashfiyah dalam dakwah menuju kepada Alloh (Ustadz Abu Ihsan)
  • Sabar dan lemah Lembut di dalam dakwah (Ustadz Fariq Annuz)
  • Keistimewaan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd) (PDF 485 kb)
  • Studi Singkat tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd) (PDF 182 kb)
  • Aqidah Islamiyyah dan Kestimewaannya (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd) (PDF 215 kb)
  • Karakteristik Manhaj Yang Bathil (DR. Shalih ash-Shalih) (PDF 123 kb)
  • Wajibnya Memusuhi Yahudi (Imam Ibnu Baz) (PDF 274 kb)
  • Hakikat Nushroh di dalam Islam (Muram al-’Athiyyah) (PDF 29 kb)
  • Hakikat Ghuluw di dalam Hajr dan Penjelasan Ulama tentangnya (PDF 1.203 kb)
  • Hadits Ahad Hujjah dalam Aqidah, Amal dan Akhlak (Ustadz Abdul Hakim Abdat) (PDF 725 kb)
  • Hakikat Ghuluw di dalam Takfir dan Bahayanya (Syaikh Ali Hasan) (PDF 374 kb)
  • Binasalah Yahudi : Nubuwat Kehancuran Yahudi (PDF 594 kb)
  • Garis Pemisah Antara Dakwah Salafiyah dan Dakwah Hizbiyah (Ustadz Arif Fathul Ulum) (PDF 145 kb)
  • Keistimewaan Aqidah Islamiyah (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd) (PDF 157 kb)
  • Metode Istidlal Ahlus Sunnah Antara Aqli dan Naqli (PDF 110 kb)
  • Al-Wajiz fi Manhajis Salaf (24 kb)
  • Al-Wajiz fi Manhajis Salaf (PDF 273 kb)
  • Perkara Keimanan dari Pokok Aqidah Salafiyah (Markaz Albani) (PDF 175 kb)
  • Hakikat Bid’ah – Tanya Jawab bersama al-Muhaddits al-Albani (PDF 363 kb)
  • Hakikat an-Nushroh dan Jihad di dalam Islam (Muram Athiyah) (PDF 212 kb)
  • Penjelasan tentang Ihya’ut Turats dan Ta’awun dengannya (Ust. Firanda, Lc.) (PDF 219 kb)
  • Bagaimana Hukum Jihad di Palestina (Syaikh Abu Umar al-Utaibi) (PDF 134 kb)
  • Metode Ibnu Taimiyah dalam Membedah Firqah Khawarij (PDF 172 kb)
  • Menjawab Syubuhat Quburiyun (Syaikh Ali Babakar) (PDF 257 kb)
  • Seruan Untuk Menolong Kaum Muslimin di Iraq dan Afghanistan (Syaikh Abdurrahman al-Barrak) (PDF 86 kb)
  • Dialog Bersama Syaikh as-Surkati (Kilas Balik berdirinya Al-Irsyad) (PDF 93 kb)
  • Ta’awun (Kerjasama) Yang Syar’i dan Bathil (Markaz Imam Albani) (PDF 240 kb)
  • Penjelasan Haiah Kibar al-Ulama’ tentang Bahaya Takfir (Pengkafiran) (PDF 288 kb)
  • Wajibnya Memusuhi Yahudi (Imam Ibnu Bazz) (PDF 156 kb)
  • Binasalah Yahudi : Nubuwat Kehancuran Yahudi (PDF 321 kb)
  • Mengapa Harus Salafi (Ust. Abdurrahman Thayib, Lc.) (PDF 155 kb)
  • Qodho’ dan Qodar (al-Allamah al-Faqih Ibnu al-Utsaimin) (PDF 178 kb)
  • Qo’idatul Arba’ah (Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab) (PDF 178 kb)
  • flower15.gif

    RUDUD DAN BANTAHAN

  • Wahai Mujahidin (Catatan Untuk Buletin Shoutul Jihad) – ‘Abdurrahman Thayib, Lc
  • Perayaan Tahun Baru itu Syiar kaum Kuffar
  • Mufti Mesir : Wish Marry Christmas
  • Menyorot perayaan Natal
  • Surat Terbuka Kepada Paus (Pope) Benedictus XIV (Syaikh Rabi’)
  • Al-Qiyadah Tidak Hanya Sesat!!!
  • Menyingkap Syubhat Terhadap Dakwah Salafiyah (Apakah Syaikh Rabi’ dan Syaikh Bakr berselisih di dalam masalah manhaj)
  • Saudi dan Wahhabisme difitnah (Mengungkap Agenda Neo-Con)
  • Ikhwanul Muslimin Bencana yang dianggap anugerah (Tim Redaksi al-Hujjah)
  • DR Abdullah Azzam bersama Syaikh salafiyyin di Afghanistan (Syaikh Utsman Abdus Salam Nuh)
  • DR. Abdullah Azzam dan Klaim Jihad Afghani (Syaikh Utsman Abdus Salam Nuh)
  • DR. Abdullah Azzam dan tuduhan “Para Penghapal Matan” (Syaikh Utsman Abdus Salam Nuh)
  • Siapakah Yang Sebenarnya Agen Yahudi (Bantahan Tuntas Tuduhan Dusta Agen Mossad dan Risalah Mujahidin)
  • Benarkah Imam Bukhari Tidak menggunakan Hadits Ahad dalam masalah aqidah (Ustadz Abdul Hakim Abdat)
  • Polemik Hadits Ahad : bantahan Surat terbuka (Ustadz Abu Ihsan)
  • Mengapa menolak hadits ahad? (Ustadz Zainal Abidin)
  • Ahli Bid’ah mengaku-ngaku Ahlis Sunnah (Syaikh Abu Abdis Salam Hasan al-Husaini)
  • Buku Dakwah Salafiyyah Dakwa Bijak Dalam Sorotan (Ustadz Abu Ahmad)
  • Benarkah Imam Bukhari Mengambil periwayatan dari Syiah?
  • Taqiyah Ritual Kaum Syiah
  • Syiah = Yahudi
  • Studi Kritis Syair Barzanji
  • Peringatan Maulud Sejarah, Tinjauan Syariat dan Dampaknya
  • Syiah dan Tradisi Kawin Kontrak
  • Bantahan Pengingkaran Hadits ‘Irbadh bin Sariyah tentang Khulafaur Rasyidin oleh Kelompok Sesat Syiah
  • Cukupkah hanya Al-Qur’an (Bantahan Bagi Kaum Inkarus Sunnah)
  • Ghadir Qum Antara Keyakinan Sunni dan Syiah
  • Abdullah bin Saba’ bukan tokoh fiktif!
  • Pokok-Pokok Kesesatan Syiah
  • Abdullah bin Saba’ tokoh Yahudi pencipta agama Syiah
  • Perisai Penangkis Di Dalam Membela Imam Albani Dari Kejahatan “Al-Mudzabdzab” at-Tahriri (PDF 472 kb)
  • Jama’ah Tabligh Shufi Gaya Baru (Al-Imam Al-Albani) (PDF 72 kb)
  • Hakikat Dakwah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab Terhadap Pemerintah Utsmani (Muhammad Ali ash-Sholabi) (PDF 705 kb)
  • Fatwa Ulama Tentang Usamah Bin Laden (PDF 360 kb)
  • Beberapa Kesalahan Fatal Di Dalam Buku Harun Yahya (PDF 242 kb)
  • Hizbut Tahrir Dari Mereka Untuk Mereka : Bantahan Terhadap Tuduhan Mujjadid Kepada Imam Ibnu Baz (PDF 524 kb)
  • Benarkah Mereka Berjihad? (Ustadz Abdurrahman Thayib, Lc) (PDF 324 kb)
  • Syaikh Ahmad Surkati : reformis yang terzhalimi (PDF 645 kb)
  • Aidh al-Qorni dan Amma Ba’du (PDF 112 kb)
  • Antara Bantahan dan Ghibah (Ustadz Abdurrahman Thayib) (PDF 163)
  • Bersedihlah!!! Koreksi terhadap Buku La Tahzan dan penulisnya serta pemikiran Salman al-Audah (Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili)
  • Jabat Tangan dengan Ajnabiyah Haram : Bantahan terhadap TKAHI dan Syamsudin Ramadhan serta Hizbut Tahrir (48 kb)
  • Antara Bantahan Dan Ghibah (63 kb)
  • Menjawab Tuduhan Meluruskan Kesalahfahaman (57kb)
  • Perisai Penuntut Ilmu dari Syubhat Abdurrahman ath-Thalibi (117 kb)
  • Salafi Bukan Murji’ah (Ustadz Abdurrahman Thayib, Lc.)(PDF 2.561 Kb)
  • Tanya Jawab Seputar HT bersama Syaikh Salim al-Hilali (PDF 442 Kb)
  • Tanya Jawab Seputar HT bersama Syaikh Salim al-Hilali (77 Kb)
  • Fatwa Ulama tentang Jama’ah Tabligh (PDF 172 Kb)
  • Studi Kritis Jama’ah Tabligh (37 Kb)
  • Studi Kritis Jama’ah Tabligh (PDF 148 kb)
  • Menepis Tuduhan Membela Kebenaran : Bantahan terhadap Fauzan al-Anshori (PDF 178 Kb)
  • Kenapa Alergi Dengan Salafi? : Bantahan terhadap Kyai Jaidi & Majalah Mabadi’ Al-Irsyad (PDF 190 Kb)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 1 (PDF 158 Kb)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 2 (PDF 176 Kb)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 3 (PDF 173 Kb)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 4 (PDF 186 Kb)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 5 (PDF 208 Kb)
  • Pembelaan terhadap Imam Muhammad Nashirudin al-Albani dari tuduhan dusta simpatisan HT (PDF 273 kb)
  • Pembelaan terhadap Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz dari tuduhan dusta simpatisan HT (PDF 461 kb)
  • Pembelaan terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab dari tuduhan dusta simpatisan HT (PDF 282 kb)
  • Hakikat Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap Daulah Utsmaniyah(PDF 282 kb)
  • Fatwa Ulama Seputar Kondisi Politik di Indonesia (Bantahan Penyimpangan Laskar Jihad) (PDF 166 kb)
  • flower15.gif

    FIKIH DAN ADAB

  • Jabat Tangan Terlarang – Abu Zahra
  • Muslimah Ideal (Ustadz Nurul Mukhlishin)
  • Adab-Adab Bagi Para Da’i (Muhammad Hasan Alu Syaikh)
  • Bersama Nabi Di Bulan Ramadhan (Syaikh M. Musa An-Nashr)
  • Tafsir Ayat Shiyam dan Faidah-Faidahnya (Syaikh Salim al-Hilali)
  • Ramadhan Mubarak (Ustadz Abu Auf at-Tamimi)
  • Bid’ah-Bid’ah Puasa Dan Tarawih di Bulam Ramadhan (Syaikh Salim al-Hilali)
  • Beberapa fatwa Ulama Yaman
  • Memilih Kitab Tafsir (Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari)
  • Sekelumit tentang Ilmu Tafsir (Ustadz Abu Ihsan al-Maidani)
  • Sifat Khutbah Jum’at (Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari)
  • Fiqhul Jum’at (Ustadz Khalid Syamhudi)
  • Dzikir dan Kesalahan Setelah Sholat (Tim Redaksi Majalah As-Sunnah)
  • Studi Kritis Sunan Abi Dawud (Ustadz Khalid Syamhudi)
  • Sabar dan Lemah Lembut di dalam Dakwah (Ustadz Fariq Anuz)
  • Tahsfiyah di dalam dakwah menuju jalan Alloh (Ustadz Abu Ihsan)
  • Dunia Ladang Bagi Akhirat
  • Sekelumit Fatawa Sahab Seputar Kitab
  • Sunnahkah Memanjangkan Rambut bagi Pria?
  • Mengenal Sekilas Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab (Syaikh ‘Ali Hasan) (PDF 113 kb)
  • Suara Hati Bagi Penuntut Ilmu (Ustadz Abu Muslim Majdi al-Ahmad) (PDF 211 kb)
  • Diskusi Seputar Puasa Sunnah Hari Sabtu -lengkap- (PDF 838 kb)
  • Fatwa-Fatwa Pilihan Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman (PDF 134 kb)
  • Fatwa Seputar Memandikan dan Mengkafani Jenazah (PDF 173 kb)
  • Fatwa Seputar Ihtidhar/Sekarat (PDF 127 kb)
  • Bagaimana Cara Mengobati Kesurupan (Syaikh Alu Zahim) (PDF 272 kb)
  • Istiqomah (PDF 149 kb)
  • Beginilah Seorang Muslim di Bulan Ramadhan (PDF 144 kb)
  • Indahnya Bahasa Arab Fushah (PDF 43 kb)
  • Tarjih Hukum Puasa Sunnah Hari Sabtu (60 kb)
  • Adab Majelis dan Bid’ah-Bid’ahnya (PDF 362 kb)
  • Kalender dan Awal Penanggalan Hijriah (PDF 290 kb)
  • Ringkasan Cara Penyelenggaraan Jenazah (Syaikh Ali Hasan) (PDF 134 kb)
  • Al-Ilmu (PDF 142 kb)
  • Kiat-Kiat agar Dicintai Isteri (PDF 80 kb)
  • E-book Hishnul Muslim (135 kb)
  • E-book Etika Muslim Sehari-hari (95 kb)
  • E-book Darah Kebiasaan Wanita (373 kb)
  • flower15.gif

    NASEHAT DAN TAUJIHAT

  • Ukhuwwah Yang Terkoyak – Ibnu Abidin as-Soronji
  • Dilema Simalakama (Nasihat bagi pejuang demokrasi) – Abu Lubna
  • Salah Kaprah Terhadap Ucapan Salaf
  • Memetik Ibrah dari Rujuknya Admin Salaf.dk (Abu Zakariya Said ‘Bak’ to Salaf)
  • Nasehat Emas Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad (Dipetik dari muqoddimah cet. 2 Rifqon Ahlas Sunnah)
  • Nasehat terhadap para penuntut ilmu (Imam Ibnu Baz)
  • Kata Sambutan al-Ustadz Abu ‘Auf Pada Saat Dauroh Syar’iyyah Bersama Syaikh Ali dan Syaikh Salim di Ciloto Bogor (dan Biografi Singkat)
  • Bahaya Haddadiyah (Transkrip Ceramah Syaikh Salim al-Hilali) (PDF 108 kb)
  • Nasehat Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Musa Kepada Pemuda Yang Terpengaruh Manhaj Haddadiyah (PDF 70 kb)
  • Nasehat Syaikh Washiyullah ‘Abbas untuk mengambil ilmu dari Masyaikh Yordania (PDF 83 kb)
  • Buku Hadits dan Aqidah Yang Dinasehatkan Imam Ibnu Baz (PDF 160 kb)
  • Buku Yang Dipuji dan Dikritik Al-Allamah Muqbil bin Hadi (PDF 79 kb)
  • Nasehat Imam Ibnu Baz kepada penuntut ilmu (PDF 43 kb)
  • Wasiat Emas bagi Pengikut Manhaj Salaf (Syaikh Abu Abdillah asy-Syihhi)
  • Sabar dan Lemah Lembut di dalam dakwah : Ustadz Fariq Anuz (PDF 2.589)
  • Memetik Faidah Dari Biografi Syaikh ‘Abdul Muhsin ‘Abbad (63 kb)
  • Nasehat Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili dan Al-Allamah al-Abbad kepada Salafiyun Indoensia (PDF 351 kb)
  • Tahdzir Ulama Kibar terhadap Jama’ah Ahlul Hajr wat Tabdi’ (PDF 1.116 kb)
  • Untaian Nasehat Syaikh Ibrahim kepada generasi muda salafiyin (25 kb)
  • Untaian Nasehat Syaikh Ibrahim kepada generasi muda salafiyin (PDF 144 kb)
  • Nasehat Syaikh Ibrahim kepada Salafiyun Indonesia (351 kb)
  • Nasehat Syaikh Rabi untuk berkasih sayang (31 kb)
  • Nasehat Syaikh Rabi untuk berkasih sayang (PDF 261 kb)
  • Rifqon Ahlas Sunnah (Al-Allamah Abdul Muhsin Abbad) (57 kb)
  • Rifqon Ahlas Sunnah (Al-Allamah Abdul Muhsin Abbad) (PDF 323 kb)
  • Nasehatku untuk saudaraku salafiyin (37 kb)
  • Nasehatku untuk saudaraku salafiyin (PDF 408 kb)
  • Sikap Muslim Menghadapi Fitnah (Syaikh Shalih Alu Syaikh) (PDF 2.641 kb)
  • flower15.gif

    ARTIKEL BAHASA ARAB

  • Buku “Adabul Ikhtilaf” karya Syaikh Aqil al-Muqthiri (Image scan)
  • Al-Mukhtashor fil Ittijahat Al-Fikriyyah Al-Mu’ashirah (Syaikh Muhammad bin Abdillah as-Suhaimi)
  • Al-Hatstsu ‘ala ittiba`is Sunnah wat Tahdzir minal Bida’ (al-’Allamah al-’Abbad)
  • Booklet : At-Tathorruf wal Ghuluw wal Irhab (Markaz Imam al-Albani)
  • Booklet : Kasyfu Syubhat wa Roddul I’tirodhat ‘anil da’wah salafiyah al-Mubarokah (Markaz Imam al-Albani)
  • Al-Qoul ats-Tsabt fil Hurmati Shiyami Yawmis Sabti (Abu Muhammad Sanad)
  • Al-Albani wal Irja’ (Syaikh Abdul Aziz ar-Rayyis)
  • At-Tuhaf fi Madzhibis Salaf (Imam Syaukani)
  • Hiwar Imam al-Albani ma’a Syaikh al-Abbad fi mas’alati Shiyam Yawmis Sabti
  • Huququl Ukhuwah (Syaikh Shalih Alu Syaikh)
  • Al-Qoul Al-Qowim fi Istihbabi Shiyami Yaumis Sabti fi Ghoyril Fardhi (Abu Umar al-Utaibi)
  • Al-I’lam bi Anna Shiyam Yawmis Sabti Ja’iz (Abul Bara’ al-Kinani)
  • At-Tahdzir minat Tafarruq wal Hizbiyah (Utsman bin Mahmud, taqdim : Syaikh Shofiyyurrahman al-Mubarakfuri)
  • Hujjiyatu Qowli Shahabi ‘inda Salaf (Syaikh Tarhib ad-Dausari)
  • Al-I’tidal fid Da’wah (Imam Ibnu Utsaimin)
  • Manhaj Salaf fil Aqidah (Syaikh Sholih as-Suhaimi)
  • Manhaj Salaf fi Ta’amul ma’a Kutib Ahli Bid’ah (Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkholi)
  • Sayid Quthb Baina Ro’yain (Syaikh Sa’ad al-Hushayin)
  • Fatawa Ulama al-Akabir fima uhdira minad dima’i fil jazair (Syaikh Abdul Malik Ramadhani)
  • Kasyfu Syubhat al-Ashriyah ‘anid Da’watil Ishlahiyah as-Salafiyah (Syaikh Abdul Aziz ar-Rayyis)
  • Tahdzib Kitab ath-Thoriq ila Jama’atil Umm (Syaikh ‘Utsman ‘Abdus Salam Nuh)
  • Haqqu Kalimah al-Imam al-Albani fi Sayyid Quthb (Syaikh Ali Hasan al-Halabi) (PDF 336 kb)
  • As-Salam (Syaikh Abdus Salam Barjas Alu Abdil Karim) (PDF 397 kb)
  • Iqomatul Burhan fi Raddi ‘ala man Ankara Khurujal Mahdi (Al-’Allamah Hammud at-Tuwaijiri) (PDF 264 kb)
  • Irhab Asbabuhu wa ‘Ilaajuhu wa Mawqiful Muslim minal Fitan (Syaikh Sholih as-Suhaimi) (PDF 169 kb)
  • Madarikun Nazhor fis Siyasah (Syaikh Abdul Malik Ramadhani) (PDF 2294 kb)
  • Manhajul Anbiya’ fid Da’wati ila Alloh fihi al-Hikmah wal Aql (Syaikh Rabi’ bin Hadi) (PDF 935 kb)
  • Mu’amalatul Ulama’ (Syaikh Muhammad Umar Bazmul) (PDF 138 kb)
  • Thoyibul Kalim al-Muntaqo min Kitabil Ilmi lil Imam Muhammad al-Utsaimin (PDF 303 kb)
  • Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah (Al-Allamah Abdul Muhsin Abbad) (PDF 217 kb)
  • Tesis : Manhaj al-Istidlal fi Khabaril Ahad fil Madzhab al-Maliki (Al-Akh Ahmad bin Basyir al-Jaza’iri) (PDF 1.510 kb)
  • as-Salaf was Salafiyah (Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly) (PDF 113 kb)
  • Shuwaru Mudli’ah fi Juhudi al-Imam Ibnu Bazz fir Raddi ‘alal Mukhalif (PDF 630 kb)
  • Syarh Fadhlul Islam (Imam Ibnu Bazz) (PDF 257 kb)
  • Silsilah al-Fawaid as-Salafiyah : Tha’ah li Wulatil Amri (PDF 113 kb)
  • I’lamul ‘Aam biman takallam fiihim al-Allamah Ibnu Bazz (PDF 180 kb)
  • at-Tanbih ‘ala Mukholafat al-Aqidah fi Fathil Bari (Syaikh Ali asy-Syibl) (PDF 563 kb)
  • Tashhih Mafahim Khathi’ah fi Qadhiyati Muhimmah (Syaikh Shalih Alu Syaikh) (PDF 132 kb)
  • Tsabat Aqidah as-Salaf (Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad) (PDF 216 kb)
  • flower15.gif

    LAIN-LAIN

  • Interogasi Penyusup Katholik ke Ta’lim Salafi 4 (3GPP 700 kb)
  • Interogasi Penyusup Katholik ke Ta’lim Salafi 3 (3GPP 403 kb)
  • Interogasi Penyusup Katholik ke Ta’lim Salafi 2 (3GPP 4.022 kb)
  • Interogasi Penyusup Katholik ke Ta’lim Salafi 1 (3GPP 403 kb)
  • Gelandang Penyusup ke Polisi (3GPP 5.145 kb)
  • Kronologi dan Analisa peristiwa Penyusupan Katholik ke Ta’lim Salafiy
  • Berita Radar Malang tentang penyusupan Katholik ke Ta’lim Salafiy
  • Sarang Lebah Dan Keajaiban Al-Qur’an (Abdul Mun’im al-Hefni) (PDF 557 kb)
  • Panduan Bekam Singkat (PDF 291 kb)
  • Tahapan Embrionik di dalam Islam (PDF 225 kb)
  • Mukjizat Al-Qur’an tentang kulit manusia (PDF 264 kb)
  • Mukjizat Tahapan Penciptaan (PDF 554 kb)
  • Siwak Keajaiban dalam Sunnah Nabi (PDF 278 kb)
  • Siwak si Kayu Ajaib (PDF 221 kb)
  • Dasar Mikrobiologi (NEW PDF 1.3 Mb)
  • Suvenir Pernikahanku (334 kb)
  • Suvenir Pernikahanku (PDF 1.427 kb)
  • Mukjizat Al-Qur’an (212 kb)
  • Keajaiban Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an (PDF 242 kb)
  • Keajaiban Embriologi di dalam Al-Qur’an (PDF 135 kb)
  • Sarang Lebah dan Keajaiban al-Qur’an (PDF 291 kb)
  • Keajaiban Reseptor Kulit (PDF 457 kb)
  • Siwak : Si Kayu Ajaib Pelindung Gigi (PDF 131 kb)
  • Siwak : Keajaiban dalam Sunnah Nabi (PDF 121 kb)
  • Jurnal : Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus (PDF 142 kb)
  • Sekilas Info Jamur (PDF 97 kb)
  • Panduan Kesehatan Mulut (PDF 131 kb)
  • Prosedur Analisa Mikrobiologi Pada Industri Kosmetika (PDF 204 kb)
  • Skripsi : Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Lempeng Agar (PDF 615 kb)
  • Bardac 208M Quartenary Ammonium Compounds (PDF 169 kb)
  • Jurnal : Pengendalian Kontaminasi Bakteri Listria monocytogenes pada Industri Penanaman dan Pengalengan Jamur(PDF 176 kb)
  • AQIDAH DAN MANHAJ

  • Dan Binasalah Yahudi!!! Nubuwat kehancuran Bangsa Yahudi
  • Kerahkan Potensi Melawan Agresi Yahudi (Syaikh al-Utaibi)
  • Wajib Memusuhi Yahudi (Imam Ibnu Bazz)
  • Seruan Syaikh al-Barrak untuk Membantu Muslimin Iraq
  • Bagaimana Hukum Jihad di Palestina (Syaikh al-Utaibi)
  • Penjelasan Haiah Kibaril Ulama tentang Bahaya Takfir
  • Intisari Ilmiah tentang Ta’awun Syar’iyah (Markaz Imam Albani)
  • Pokok-Pokok Aqidah Salafiyah (Markaz Imam Albani)
  • Moderat Karakteristik Ahlus Sunnah (Syaikh M. Ibrahim al-Hamd)
  • Aqidah Islamiyah dan Keistimewaannya (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd)
  • Studi Singkat Tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah(Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd)
  • Keistimewaan Aqidah Islamiyah 1 (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd)
  • Keistimewaan Aqidah Islamiyah 2 (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd)
  • Keistimewaan Aqidah Islamiyah 3 (Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd)
  • Karakteristik Manhaj Yang bathil (DR. Sholih ash-Sholih)
  • Menjawab Syubuhat Quburiyun (Syaikh Ali Babakar)
  • Karakteristik Manhaj Yang bathil (DR. Sholih ash-Sholih)
  • Mengapa harus Salafi (Al-Ustadz Abdurrahman Thayib, Lc.)
  • Syarat di dalam tabdi’ (Syaikh Rabi’ bin Hadi)
  • Al-Wajiz fil Manhajis Salaf (Syaikh Abdul Qadir al-Arnauth)
  • Ringkasan Aqidah dan Manhaj Imam Syafi’i
  • Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah
  • Hakikat Perpecahan (ustadz Arifin Baderi)
  • Adab Muslim Dalam Khilaf (Syaikh Ibnu Utsaimin)
  • Baiat Antara Sunnah dan Bid’ah (Syaikh Ali Hasan)
  • Jihad Nabi di Palestina (Syaikh Muhammad Musa Nashr)
  • Mengapa Menolak Hadits Ahad??
  • Mengapa Mendahulukan Khilafah??
  • RUDUD DAN BANTAHAN

  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 6
  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 5
  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 4
  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 3
  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 2
  • Hakikat Ekstrim di dalam Tabdi’ dan Hajr 1
  • Da’wah Salafiyah bukan Murji’ah 3
  • Da’wah Salafiyah bukan Murji’ah 2
  • Da’wah Salafiyah bukan Murji’ah 1
  • Kenapa Alergi dengan Salafy (Bantahan terhadap Majalah Mabadi PP Al-Irsyad)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 1 (Syaikh Utsman Abdus Salam)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 2 (Syaikh Utsman Abdus Salam)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 3 (Syaikh Utsman Abdus Salam)
  • Koreksi Total Manhaj Ikhwanul Muslimin 4 (Syaikh Utsman Abdus Salam)
  • Benarkah mereka berjihad?? (Khutbah Jum’at Ust. Abdurrahman Thayib, Lc.)
  • Fatwa Ulama Kibar tentang Usamah bin Laden
  • Menjawab Fitnah dan Tuduhan HT terhadap Dakwah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab
  • Hakikat Dakwah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab terhadap Pemerintah Utsmani (DR. Ali Ash-Sholabi)
  • Menepis Tuduhan Membela Kebenaran (Bantahan Terhadap Fauzan al-Anshori)
  • Kesalahan Aqidah Harun Yahya
  • Tanya Jawab Seputar Hizbut Tahrir (Syaikh Salim al-Hilaly)
  • Silsilah Bantahan Terhadap HT 1
  • Silsilah Bantahan Terhadap HT 2
  • Silsilah Bantahan Terhadap HT 3
  • Jabat Tangan dengan ajnabiyah haram wahai Hizbut Tahrir
  • Dialog dengan syabab HT
  • Pembelaan Terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab (Abul Harits as-Salafy)
  • Dialog Dengan Ikhwanul Muslimin (Syaikh Ahmad asy-Syihhi)
  • Jama’ah Tabligh Sufi Gaya Baru (Syaikhul Albani)
  • Hakikat Jama’ah Tabligh (Syaikh Rabi’ bin Hadi)
  • Studi Kritis Jama’ah tabligh
  • Bantahan terhadap fikrah takfiri Aman Abdurrohman (Ustadz Arifin Baderi)
  • Pembelaan Terhadap Rasyid Ridha dan Ahmad Surkati dari para Ghulath
  • Membongkar Kesesatan JIL (Jaringan Iblis Laknatullah)
  • FIQH DAN ADAB

  • Tanya Jawab Seputar Puasa (Imam Ibnu Bazz)
  • Tanya Beginilah Muslim di bulan Ramadhan
  • Tarjih Hukum Puasa Sunnah Hari Sabtu
  • Hukum Multi Level Marketing (Ust. Ahmad Sabiq bin Abdil Lathif)Seputar Mandi Janabat
  • Pengantar Ilmu Tafsir
  • Isbal Haram walau tanpa Sombong
  • Sifat Salam Nabi (Syaikh Abdul Malik al-Qosim)
  • Adabul Majlis dan Bid’ahnya
  • Khuthbatul Hajah (Ustadz Abdul Hakim Abdat)
  • Realita dan Ilmu Fikih (Ustadz Arifin Baderi)
  • NASEHAT DAN TAUJIHAT

  • Hakikat Bid’ah dan Kufur : Tanya Jawab bersama Syaikh Al-Albani
  • Suara Hati untuk Penuntut Ilmu (Abu Muslim Majdi – Murid Syaikh Ali Hasan)
  • Dialog Bersama Syaikh Ahmad as-Surkati
  • Nasehat dan kasih Sayang pembawa dakwah salafiyah oleh Syaikh Rabi
  • Wanita yang Masuk Neraka karena seekor kucing (Syaikh Umar al-’Asyqor)
  • 52 Kiat agar suami disayang Isteri (Syaikh Adil Fathi Abdillah)
  • Bahtera Dakwah Salafiyah di Lautan Indonesia (Ust. M. Arifin Baderi)
  • Nasehat Syaikh Ali dan Syaikh Musa kepada Haddadiyun
  • Tahdzir Ulama Kibar Terhadap kelompok yang gemar membid’ahkan dan mengisolir (hajr)
  • Wasiat Emas bagi Salafiyin
  • Nasehat Syaikh Rabi’ untuk Lemah Lembut
  • Peringatan Syaikh al-Abbad dari Saling Menghajr
  • Nasehat Syaikh Ibrohim terhadap salafiyin
  • Sikap Muslim Menghadapi Fitnah (Syaikh Sholih Alu Syaikh)
  • Batasan di dalam hajr dan manfaatnya
  • Kaidah Di Dalam Menghajr oleh Masyaikh Yordania
  • Permata Nasehat untuk Saudaraku Salafiyin
  • Nasehat Syaikh Wasiyullah Abbas
  • Bahayanya Manhaj Haddadiyah Oleh Syaikh Salim al-Hilali
  • MUKJIZAT AL-QUR’AN DAN SAINS MODERN

  • Mukjizat Embriologi
  • Mukjizat Madu
  • Mukjizat Reseptor Kulit
  • Mukjizat Siwak
  • Mukjizat Penciptaan
  • RIFQON AHLAS SUNNAH EDISI SPESIAL

  • Pandangan Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh terhadap Rifqon
  • Pandangan Syaikh Sholih Fauzan al-Fauzan terhadap Rifqon
  • Pandangan Syaikh Abdus Salam Barjas Alu Abdil Karim terhadap Rifqon
  • Pendahuluan
  • NiKmat bertutur dan berbicara
  • Menjaga lidah dari berbicara kecuali dalam hal yang baik
  • Sikap berprasangka jelek dam mencari-cari kesalahan orang lain
  • Sikap ramah dan berlemah lembut
  • Sikap Ahlus Sunnah terhadap seorang ulama yang tersalah bahwa sesungguhnya Ia diberi uzur tanpa dibidahkan
  • Fitnah caci maki dan menghajar (mengucilkan) dari sebahagian Ahlus Sunnah pada masa ini, dan bagaimana jalan selamat dari hal tersebut
  • Penutup
  • Syarah Rifqon oleh al-Allamah Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
  • Jawaban Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad kepada pengkritik risalah Rifqon

  • sumber : http://abusalma.wordpress.com/maktabah-library/download-center/

    Sabtu, 10 April 2010

    Riwayat Hidup Maulana Muhammad Ilyas: Pendiri Jamaah Tabligh

    Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H. (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama dan memiliki sifat wara’. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya. Sementara Maulana Muhammad Ilyas adalah anak ketiga dari tiga bersaudara ini.

    Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya Syaikh Muhammad Yahya, beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya ini adalah seorang penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi yang merupakan seorang direktur pada lembaga Dar Al-‘Ulum di Lucknow, India[2]. Ayah beliau Syaikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniawan besar yang suka menjalani hidup dengan ber’uzhlah, berkhalwat dan beribadah, membaca Al-Qur’an dan melayani para musafir yang datang dan pergi serta mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama.

    Beliau selalu mengamalkan do’a ma’tsur dari hadits untuk waktu dan keadaan yang berlainan. Perangainya menyukai kedamaian dan keselamatan serta bergaul dengan manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, tidak seorangpun meragukan dirinya. Bahkan beliau menjadi tumpuan kepercayaan para ulama sehingga mampu membimbing berbagai tingkat kaum muslimin yang terhalang oleh perselisihan di antara mereka. Adapun ibunda beliau Shafiyah Al-Hafidzah adalah seoarang Hafidzah Al-Qur’an. Istri kedua dari Syaikh Muhammad Ismail ini selalu menghatamkan Al-Qur’an, bahkan sambil bekerjapun mulutnya senantiasa bergerak membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang ia hafal.

    Maulana Muhammad Ilyas sendiri mulai mengenal pendidikan pada sekolah Ibtidaiyah (dasar). Sejak saat itulah beliau mulai menghafal Al-Qur’an, hal ini di sebabkan pula oleh kebiasaan yang ada dalam keluarga Syaikh Muhammad Ismail yang kebanyakan dari mereka adalah hafidzh Al-Qur’an. Sehingga diriwayatkan bahwa dalam shalat berjama’ah separuh shaff bagian depan semuanya adalah hafidzh terkecuali muazzin saja. Sejak kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya, beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga ‘Allamah Asy-Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu hadits pada madrasah Darul ‘Ulum Deoband) mengatakan, “sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat akan kisah perjuangan para sahabat”.

    Pada suatu ketika saudara tengahnya, yakni Maulana Muhammad Yahya pergi belajar kepada seorang ‘alim besar dan pembaharu yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, kawasan Saranpur, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini pula yang membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana kakanya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya, tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan pada beliau.

    Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnyapun menurun, akan tetapi beliau tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar beliau berhenti belajar untuk sementara waktu, beliau menjawab, ”apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan”. Dengan ijin Allah SWT, Maulana pun menyelesaiakan pelajaran Hadits Syarif, Jami’at Tirmidzi dan Shahih Bukhari, dan dalam jangka waktu empat bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah[3]. Tubuhnya yang kurus dan sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu, begitu pula kerisauannya yang bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari Syari’at Islam.

    Ketika Syaikh Gangohi wafat pada tahun 1323 H, beliau baru berumur dua puluh lima tahun dan merasa sangat kehilangan guru yang paling dihormati. Hal ini membuatnya semakin taat beribadah pada Allah. Beliau menjadi pendiam dan hanya mengerjakan ibadah, dzikir, dan banyak mengerjakan amal-amal infiradi[4].



    Maulana Muhammad Zakariya menuliskan:

    Pada waktu aku mengaji sebuah kitab kepada beliau, aku datang padanya dengan kitab pelajaranku dan aku menunjukkan tempat pelajaran dengan jari kepadanya. Tetapi apabila aku salah dalam membaca, maka beliau akan memberi isyarat kepadaku dengan jarinya agar menutup kitab dan menghentikan pelajaran. Hal itu beliau maksudkan agar aku mempelajari kembali kitab tersebut, kemudian datang lagi pada hari berikutnya[5].



    Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan akhirnya beliau berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu'. Ketawaddu'an beliau di usia mudanya menyebabkan beliau dihormati di kalangan para Ulama dan Masyaikh. Syaikh Yahya, kakak kandung beliau sendiri tidak pernah memperlakukan beliau sebagai anak kecil, bahkan Syaikh Yahya sangat menghormati beliau.

    Pada suatu ketika di Kandhla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar, di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri, dan Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu sholat Ashar, mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami sholat tersebut. Ustadz Badrul Hasan salah seorang di antara keluarga besar tersebut berkata, “alangkah panjang dan beratnya kereta api ini, namun alangkah ringan lokomotifnya”, kemudian salah seorang diantara hadirin menjawab,” tetapi lokomotif yang kuat itu justru karena ringannya”.

    Akibat kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, beliau mengalami goncangan batin yang cukup berat. Dua tahun setelah itu, menyusul kakaknya yang tertua, Maulana Muhammad. Beliau meninggal di Masjid Nawab Wali, Qassab Pura dan dimakamkan di Nizamuddin. Kematian Maulana Muhammad ini mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Beribu orang menziarahi jenazahnya. Setelah dimakamkan orang ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin padahal pada waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahirul ‘Ulum. Masyarakat bahkan menjanjikan dana bulanan kepada madrasah dengan syarat agar dapat diamalkan seumur hidupnya. Pada akhirnya, setelah mendapat ijin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas akan diberi kesempatan untuk berhenti mengajar. Beliau pun akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi beliaupun akhirnya membuka kembali madrasah tersebut.

    Karena semangat yang tinggi untuk memajukan agama, beliaupun mendirikan Maktab di Mewat, tetapi kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Dengan demikian Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka untuk belajar dengan pembiayaan yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat Mewat tidak mendapatkan perhatian. Bahkan mereka enggan menuntut ilmu, mereka senang hidup dalam kondisi yang sudah mereka jalani selama bertahun-tahun turun temurun.

    Beliau melihat bahwa kebodohan, kegelapan dan sekularisme yang melanda negerinya sangat berpengaruh terhadap madrasah-madrasah. Para murid tidak mampu menjunjung nilai-nilai agama sebagaimana mestinya, sehingga gelombang kebodohan semakin melanda bagaikan gelombang lautan yang melaju deras sampai ratusan mil membawa mereka hanyut. Tetap saja masyarakat masih belum memiliki semangat agama. Kebanyakan mereka tidak begitu berminat untuk mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar ilmu di Madrasah. Hal ini disebabkan mereka tidak tahu pentingnya ilmu agama, mereka pun tidak menaruh hormat pada lulusan Madrasah yang telah memberikan penerangan dan dakwah. Orang Mewat pun tidak mau mendengarkan apalagi mengikutinya. Kesimpulannya bahwa Madrasah-madrasah yang ada itu tidak mampu mengubah warna dan gaya hidup masyarakat[6].

    Melihat keadaan Mewat yang sangat jahil itu semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam terutama masyarakat Mewat. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mewat. Dengan ijin Allah timbullah keinginannya untuk mengirimkan jama’ah dakwah ke Mewat. Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau menunaikan haji yang ketiga ke tanah suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakannya untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mengenalkan usaha dakwah dan dengan harapan agar usaha ini dapat terus dijalankan di tanah Arab. Keinginannya yang besar menyebabkan beliau berkesempatan menemui Sultan Ibnu Sa’ud yang menjadi raja tanah Arab untuk mengenalkan usaha mulia yang dibawanya. Selama di tanah Makkah Jama’ah bergerak setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah dan menegakkan dakwah.

    Setelah pulang dari haji tersebut, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai Jama’ah dengan jumlah yang cukup besar, paling sedikit seratus orang. Bahkan di beberapa tempat jumlah itu justru semakin membengkak. Kunjungan pertama dilakukan selama satu bulan dan kunjungan ke dua dilakukan hanya beberapa hari saja. Dalam kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jama’ah-jama’ah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama[7]. Beliau sepenuhnya yakin bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satu jalan adalah membujuk orang-orang Mewat agar keluar dari kampung halamannya untuk memperbaiki diri dan belajar agama, serta melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga tumbuh kesadarannya untuk mencintai agama lebih daripada dunia dan mementingkan amal dari mal (harta).

    Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jama’ah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan sepeti halnya daerah Asia Barat[8]. Terbentuknya jama’ah ini adalah dengan ijin Allah melalui kerisauan seorang Maulana Muhammad Ilyas, menyebarlah jama’ah-jama’ah yang membawa misi ganda yaitu ishlah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Perkembangan jama’ah ini semakin hari semakin tampak. Banyak jama’ah yang dikirim dari tempat-tempat yang dikunjungi jama’ah pun ada yang kemudian membentuk rombongan jama’ah baru sehingga silaturrahim antara kaum muslimin dengan muslim yang lain dapat terwujud. Gerakan jama’ah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat memakmurkan dan membesarkan usaha ini.

    Kerisauan akan keadaan umat semakin bertambah, jama’ah-jama’ah banyak dibentuk dan dikirim ke pelosok jazirah. Sehingga dengan ijin Allah usaha ini pun semakin meluas. Maulana Muhammad Ilyas tanpa henti terus memberi dorongan dan arahan ilmu dan pemikirannya untuk menjalankan usaha dakwah ini agar sampai ke seluruh alam. Dalam keadaan umur yang tua renta, Maulana terus bersemangat hingga tubuhnya yang kurus tidak mampu lagi untuk digerakkan ketika beliau menderita sakit. Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai amir jama’ah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan, Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh[9].

    Pada sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah, beliau hanya berbaring di tempat tidur dengan ditemani para pembantu dan muridnya. Kondisi tubuhnya yang telah lemah merupakan bukti nyata bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan waktu berdakwah Khuruj Fi Sabilillah mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan Jama’ah untuk mendakwahkan kebesaran Allah dan kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah.

    Pada tanggal 13 Juli 1944, Maulana telah siap untuk menempuh perjalanannya yang terakhir. Beliau bertanya kepada salah seorang yang hadir, “apakah besok hari Kamis?”, yang di sekelilingnya menjawab,”benar”, kemudian beliau berkata lagi, “periksalah pakaianku, apakah ada najisnya atau tidak”, yang disekelilingnya berkata bahwa pakaian yang dikenakannya masih dalam keadaan suci. Kemudian beliau turun dari dipan, berwudlu dan mengerjakan sholat Isya’ dengan berjama’ah. Beliau berpesan kepada orang-orang agar memperbanyak dzikir dan do’a pada malam itu. Beliau berkata,”yang ada di sekelilingku ini pada hari ini hendaklah menjadi orang-orang yang dapat membedakan antara perbuatan setan dan perbuatan malaikat Allah”.

    Pada pukul 24.00 beliau pingsan dan sangat gelisah, dokter segera dipanggil dan obat pun segera diberikan, kata-kata Allahu Akbar terus keluar dari mulutnya ketika malam telah menjelang pagi, beliau mencari putranya Maulana Muhammad Yusuf dan Maulana Ikromul Hasan ketika dipertemukan beliau berkata,” kemarilah kalian, aku ingin memeluk, tidak ada lagi waktu setelah ini, sesungguhnya aku akan pergi”. Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke rahmatullah sebelum adzan Shubuh. Seorang pengembara yang amat lelah yang mungkin tidak pernah tidur dengan tenang, kini sampai ke tempat tujuannya. “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan di ridhai-Nya. Maka masuklah kamu kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” (Al-Fajr, 127-128)[10].

    Beliau tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang di himpun oleh Maulana Manzoor Nu’mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini. Karya beliau yang paling nyata adalah bahwa beliau telah meninggalkan kerisuaan dan fikir atas umat Islam hari ini serta metode kerja dakwahnya yang atas ijin Allah SWT telah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Orang-orang yang mengetahui keadaan umat, Insya Allah akan mengambil jalan dakwah ini sebagai penawar dan obat hatinya, dan akan menjadi sebab hadirnya hidayah bagi dirinya dan orang lain.



    Prinsip dan Usaha Membangun Tradisi Dakwah



    Dakwah merupakan masalah yang paling penting dalam mengembalikan kejayaan umat Islam. Kesan dakwah pada saat ini tidaklah sepenting yang digariskan, dan seakan sudah tidak ada lagi dalam pikiran orang-orang Islam yang hidup pada zaman ini. Orang-orang Islam mungkin lupa bahwa risalah kenabian dan kerasulan telah ditutup oleh Allah SWT. Sementara agama Islam yang menjadi jalan keselamatan harus sampai kepada generasi terakhir umat manusia yang tidak seorangpun mengetahui kapan berakhirnya. Sering diungkapkan dalam riwayat-riwayat tentang penyakit umat-umat nabi terdahulu yang pada saat ini dapat kita lihat sendiri. Maka menjadi tugas umat Islam sebagai pewaris tugas kenabian untuk mendakwahkan agama Allah SWT hingga generasi terakhir dari peradaban manusia.

    Dalam pandangan Maulana Muhammad Ilyas dakwah merupakan kewajiban umat Nabi Muhammad saw. Pada prinsipnya setiap orang yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Muhammad tentulah memiliki kewajiban mendakwahkan ajarannya, yaitu agar selalu taat kepada Allah dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah. Menjadikan dakwah sebagai maksud hidup untuk mencapai puncak pengorbanan merupakan tujuan yang harus dicapai setiap individu pendakwah yang mengerti kondisi umat Islam saat ini. Sebagaimana halnya para sahabat nabi yang dalam riwayat banyak dikisahkan tentang pengorbanan mereka terhadap agama Allah SWT, sehingga Allah memberikan kemulian dan kesempurnaan amal agama dan kehidupan yang tidak hanya berdimensi ibadah semata melainkan mencakup semua bidang kehidupan berupa politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.

    Pada awal perkembangannya yang sedemikian terbatas, Islam mampu menguasai belahan dunia pada saat itu dengan menundukkan Romawi dan Persi serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan ke seluruh belahan dunia. Hal ini merupakan bukti tentang besar dan megahnya Islam dengan generasi yang berpegang teguh pada ajarannya. Hal inilah yang dikehendaki Maulana agar dapat terwujud kembali di kalangan umat Islam. Maulana menghabiskan masa hidupnya untuk berdakwah, mengajarkan prinsip dakwah yang hakiki yakni bahwa setiap diri yang mengaku sebagai umat Islam mempunyai kewajiban dakwah, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.

    Dalam salah satu suratnya yang ditujukan pada Syaikh Muhammad Zakariya, beliau menulis:

    Aku ingin agar pikiran, hari, kekuatan dan waktuku hanya aku gunakan demi cita-citaku ini saja. Bagaimana aku dapat bekerja selain dari kerja dakwah dan tabligh, sedangkan aku melihat ruh Nabi saw bersedih akibat perilaku buruk umatnya, lemah agama dan aqidah, merosot dan hina serta tidak adanya kejayaan bahkan telah lama digilas kekufuran[11].



    Kerisauan yang mendalam akan keadaan umat inilah yang menyebabkan beliau berkeinginan kuat untuk terus berdakwah mengajak orang taat kepada Allah dan menyampaikan kebesaran Allah dengan manifestasi menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Melalui segala macam usaha yang dilakukan oleh beliau dengan pikiran dan kerisauan akhirnya terbentuklah jama’ah-jama’ah yang berkeinginan mendakwahkan kembali ajaran Nabi Muhammad saw kepada umatnya.

    Membebankan kewajiban bertabligh (amar ma’ruf nahi munkar) semata-mata pada kalangan ulama adalah sebagai tanda adanya kebodohan pada diri kita. Tugas ulama adalah mengajarkan ilmu dan menunjukkan jalan yang benar akan pemahaman terhadap agama. Sedangkan memerintahkan berbuat kebajikan di antara khalayak dan mengusahakan supaya mereka menuju jalan yang benar adalah tanggung jawab semua orang Islam[12]. Sementara Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam tulisannya menegaskan:

    Laju perjalanan umat Islam saat ini jauh tertinggal di belakang, setelah sebelumnya berada di barisan paling depan. Banyak sebab yang menjadikan kaum muslimin dalam kondisi seperti ini, di antara sebab terpenting adalah ditinggalkannya kewajiban dakwah, amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah. Semua ini berangkat dari kesalahan persepsi umat dalam memandang kewajiban ini. Masih banyak yang memahami bahwa dakwah adalah kewajiban ulama saja, terbatas dalam bentuk ceramah, khutbah dan mau’idzhoh saja. Sementara itu, sebagian dari mereka ada yang memahami dakwah ini merupakan kewajiban yang berlaku atas setiap individu muslim, namun mereka melakukannya tanpa disertai pemahan yang baik terhadap manhaj dakwah nabawiyah dan rambu-rambu Al-Qur’an[13].



    Jauh sebelum itu Maulana Muhammad Ilyas telah memikirkan keadaan ini, sehingga keinginannya yang telah bersatu dengan kerisauannya akan kondisi umat Islam yang dilihatnya, membuatnya mencurahkan hidupnya untuk kerja dakwah. Bahkan Maulana Muhammad Ilyas mulai membangun tradisi dakwah yang ia mulai dengan membentuk jama’ah-jama’ah dakwah yang dikirim ke tempat-tempat tertentu, bahkan dipimpin langsung oleh beliau. Dengan tenaga dan kerisauan yang ada beliau berusaha mengenalkan kewajiban dakwah pada umat Islam dan membangun tradisi tersebut agar semua dapat melaksanakan jalan dakwah ini.

    Membangun tradisi dakwah diantara kondisi umat yang jauh dari agama, seperti di Mewat tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam keadaan yang penuh dengan kesesatan dan kejahilan masyarakat, Maulana Muhammad Ilyas terpanggil untuk mengajak mereka kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Terlebih lagi masyarakat yang masih kuat memegang syariat agama. Beliau sangat menyadari bahwa Rasulullah bukanlah orang yang mementingkan diri sendiri, beliau selalu memikirkan umatnya, merisaukan keadaan umatnya di kemudian hari. Sehingga dalam riwayat di beritakan bahwa ketika ajal beliau datang, dengan terbata-bata masih menyebut umatnya. Pikiran itulah yang selalu muncul dalam benak Maulana, bahwa dakwah hari ini adalah bagaimana mengajak umat kembali kepada jalan Allah dan Rasulnya.

    Berdasarkan pengalaman dan pemikiran yang panjang, Maulana melihat bahwa para petani Mewat yang miskin tidak mungkin dapat meluangkan waktunya untuk belajar agama, sedangkan mereka masih berada di tengah-tengah lingkungan dengan segala kesibukannya. Bahkan dalam jangka waktu yang pendek yang dapat mereka berikan itu, tidak dapat diharapkan agar mereka dapat memperoleh kesan yang dalam dari ajaran-ajaran agama yang telah mereka peroleh, serta memiliki semangat agama sebagaimana yang diharapkan yang dapat mengubah cara hidup mereka. Sesungguhnya tidak mungkin meminta mereka semuanya untuk ke madrasah. Namun juga tidak tepat berangan-angan bahwa hanya dengan sekedar nasihat dan ceramah akan mengubah kehidupan mereka dari cara-cara jahiliyah kepada cara-cara Islam, baik dalam perangai, tradisi, maupun pola pikir[14].

    Peran Maulana Muhammad Ilyas dalam menggerakkan masyarakat Mewat yang jahiliyah itu menyebabkan tumbuhnya suasana agama yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Suasana agama inilah yang diperlukan guna menstimulasi berkembangnya masyarakat yang Islami yang mengikuti kehidupan rasul dan para sahabat. Jama’ah-jama’ah dari masyarakat pun dibentuk untuk dikirim ke beberapa tempat agar dapat memperbaiki diri dalam suasana agama, dengan perbekalan seadanya dan semangat untuk menyebarkan dan mensuasanakan agama.

    Datangnya Ramadhan dan cahayanya telah menyinari hati manusia, Maulana Ilyas pun meminta para sahabatnya agar menyiapkan jama’ah untuk dikirim ke Kandhla. Padahal mereka tahu bahwa Kandhla merupakan pusat ilmu dan banyak terdapat rohaniawan. Tentu saja mereka berkeberatan untuk menyampaikan seruan agama tersebut. Apalagi jama’ah itu adalah orang-orang yang bodoh, sungguh ini merupakan suatu yang aneh. Namun akhirnya terbentuklah jama’ah yang terdiri dari sepuluh orang Mewat yang dipimpin oleh Hafidzh Maqbul Hasan. Jama’ah ini bertolak dari Delhi menuju ke Kandhla setelah hari raya. Jama’ah mendapatkan sambutan yang menyenangkan[15].

    Jama’ah pertama yang dikirim menyebabkan bertambahnya semangat beliau dalam membangun tradisi dakwah di kalangan masyarakat. Daerah-daerah lain pun mulai dipikirkannya. Gerak jama’ah sangat penting artinya bagi upaya mengubah pola hidup masyarakat. Bagaimanapun keadaannya, beliau tetap berharap dapat mengirimkan jama’ah-jama’ah serupa ke berbagai tempat lainnya. Jama’ah kedua dikirim ke Raipur, kemudian mengadakan ijtima’ (berkumpul bersama) di Chatora hingga terbentuk jama’ah lagi hingga dikirim ke Sonepar, Panipat, dan daerah sekitarnya. Begitulah perkembangan yang terjadi di daerah Mewat dan sekitarnya.

    Beliau sepenuhnya meyakini bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Adapun satu-satunya jalan keluar adalah membujuk orang-orang Mewat supaya keluar (dari kampung halamannya) guna memperbaiki diri, belajar agama, dan melatih kebiasaan yang baik hingga tumbuh kesadarannya untuk lebih mencintai agama daripada dunia, dan mementingkan amal daripada mal (harta)[16]. Maulana bercita-cita mewujudkan satu generasi yang benar-benar mau berkorban untuk agama, seperti berkorbannya para sahabat dahulu. Jika sehari-hari mereka berkorban waktu, harta, dan diri mereka untuk keduniaan, maka mereka pun harus berusaha untuk berkorban dengan diri, harta dan waktu mereka untuk agama. Menjadi hal yang biasa bahwa segala sesuatu yang diperoleh melalui pengorbanan akan sangat dicintai.

    Lambat laun suasana di Mewat semakin berubah. Bahkan perubahan tersebut makin tampak pada cara hidup dan tradisi mereka. Mewat menjadi tanah gembur dan subur yang apabila tanaman dakwah Islamiyah dan pengajaran hukum-hukum agama ditanamkan akan tumbuh, berkembang dan berbuah di tempat tersebut[17]. Perkembangan yang terjadi di Mewat adalah perkembangan yang mengesankan, Mewat yang pada mulanya dilingkupi jahiliyah kini telah berubah menjadi pusat dakwah dan siar agama. Usaha Maulana Muhammad Ilyas yang pertama adalah menanamkan iman dan keyakinan yang benar terhadap Allah SWT dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah. Kemudian beliau menyampaikan keutamaan-keutamaan beramal dan kerugian meninggalkannya serta mengajak umat Islam untuk berkorban menyisihkan diri, harta dan waktunya di jalan Allah.

    Sampai akhir hayatnya beliau tetap mencurahkan perhatiannya pada usaha dakwah ini. Bahkan setelah berkembang di India, usaha dakwah ini berkembang ke seluruh dunia. Hingga saat ini negara-negara di beberapa berlahan benua telah memiliki amal jama’ah dakwah. Mereka terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mengajak manusia kembali kepada tugas utama sebagai hamba Allah yang sudah seharusnya mengabdi dengan segenap jiwa dan raga serta sebagai umat Nabi yang terakhir Muhammad saw yang mempunyai tugas dakwah beramar ma’ruf nahi munkar.


    BACK
    --------------------------------------------------------------------------------

    [1]Riwayat Hidup maulana Muhammad Ilyas diambil dari buku karangan Sayyid Abul Hasan Ali-Nadwi, (1999), Riwayat Hidup Dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, Yogyakarta: Ash-Shaff, hlm. 5-18
    [2]lihat, H.A. Hafizh Dasuki (et al), (1993), Ensiklopedi Islam Vol. S1-1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, hlm. 266
    [3]Kutubus Sittah berarti kitab yang enam yaitu kitab-kitab hadits yang telah dijadikan standar para ulama dan kaum muslimin untuk menjadi hujjah bagi persoalan-persoalan agama diantaranya adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah.
    [4]Infiradi berasal dari kata faroda yang dalam bahasa arab berarti sendiri, yang dimaksudkan adalah beramal secara sendiri atau tidak berjama’ah
    [5]Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, op. cit., hlm. 14
    [6]Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadwi, op. cit., hlm. 39-40
    [7]Ibid, hlm. 43-44
    [8]Tutus Hendrato, op. cit., hlm. 22-23
    [9]Ibid, hlm. 24
    [10]Sayyid Abul hasan Ali- Nadwi, op. cit., hlm. 127-128
    [11]Ibid, hlm. 145
    [12]Maulana Ihtisamul Hasan Kandhalawi, (1998), Keruntuhan Umat Islam Dan Cara Mengatasinya, Yogyakarta: Ash-Shaff, hlm. 23
    [13]Sayyid Muhammad Nuh, (1996), Dakwah Fardiyah, Dalam Manhaj Amal Islami, Solo: Citra Islami Press, hlm. 9
    [14]Sayyid Abul Hasan Ali-Nadwi, loc. cit., hlm 44
    [15]Ibid, hlm. 47
    [16] Sayyid Abul Hasan Ali-Nadwi, op. cit., 45-46
    [17]Ibid, hlm. 51
    type="text/javascript">